Resensi Novel Jalan Raya Pos Daendels Pramoedya Ananta Toer

Novel Jalan Raya Pos Daendels Pramoedya Ananta Toer



Judul Buku: Jalan Raya Pos. Jalan Daendels

Penulis: Pramoedya Ananta Toer

Penerbit: Lentera Dipantara

Jumlah Halaman: 148 hlm

ISBN: 979-97312-8-3


“Indonesia adalah negeri budak. Budak diantara bangsa dan budak lagi bagi nagsa-bangsa lain.”
Pramoedya Ananta Toer

Seperti itulah suaut quoates yang berada di cover balakang buku ini serta pada awal halaman 5 di buku ini. Dalam buku ini Pramoedya atau Mas Pram membahas tentang Jalan Raya Pos, atau Jalan Daendels yagn dulu membbuat ribuan nyawan “pribumi” melayang karena bangsa Belanda yang melakukan genosida di Indonesia untuk keuntungan negaranya.

Kita adalah Bangsa kaya tapi lemah. Bnagsa yang sejak lama bermental diperintah oleh bangsa-bangsa lain. Bangsa yang penguasanya lebih asyik memupuk ambisi berkuasa daripada menggerai keejahtraan bagi warganya. Kalimat tersebut terdapat pada halamn 6 buku Jalan Raya Pos ini. Mengenai itu, secarik tulisan tersebut sangat menghantam Bangsa Indonesia juga di masa kini.

Secara garis besar buku ini membahas tetang “pembuatan” Jalan Raya Pos, Jalan Daendels dari Anyer hingga Panarukan. Mas Pram melakukan analisi terhadap berapa, dan apa yang terjadi di wilayah-tilayah yang dilewti Anyer Hingga Panarukan kala Kolonial juga kadang ditambah pengalaman Mas Pram sendiri ketika berada di wilayah tersebut. Sebgai contoh ketika membahas Kota Serang, pada tahun 1964 Komite Perdamaian Indonesia menghadap pada Presiden Soekarno, dalam hal ini Pram emnitnipkan pesan kepada Soekarno untuk mendirika patung Multatuli, tapi Soekarn alahan menjawab kenapa Multatuli? Mengapa bukan Sneevliet? Atau Baars?. Kurang lebih seperti itu yang dituturkan Pram di buku ini hala 39 ketika membahas kota Serang.

Sedikit kembalai pada sejarah Jalan Anyer-Panarukan ini, sebenanrya pemuatan jalan ini merupakan suatu kebijakan Gubernunr jendral Daendels untuk menyambung jalan-jalan ke kota agar muda dilalui. Masa ini di Hindia Belanda disebut sebagai republik Bataaf, setelah Prancis berhasil menyebarkan pengaruhnya karena kemenangnan Napoleon Bonaparte melawan negara pesekutuan di Eropa. Daendels sendiri merupakan salah satu kau patriot, yaitu orang Belanda yagn terpengaruh semboyan Prancis Liberte, Egalite, Franiete. Bahkan, menurut buku ini Daedels sering menyebut dirinya Napoleon kecil.
Daedenls sendiri merupakan salah satu orang yang dipilih untuk mempertahankan pulau Jawan khususnya Hindia Belanda pasca kebangkrutan VOC agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Dan tentu saja salah satu ebijakannya adalah Kerja Rodi. Dalam buku pelajarn sering diterangkan bahwa kerja rodi merupakan kerja paksa yang membuat jaalan dari Anyer ke Panarukan, tampaknya hal tersebut agak ditepis oleh buku ini. Buku ini lebih membicarakan bahwa Daedles memberbaiki, menghubungkan, dan melebarkan jalan antar kota yang sebelumnya sudah ada dengna kerja paksa para rakyat Nusantara.

Buku berawal dari penjelasan Blora-Rembang semasa Pram dahulu. Pada buku ini membahas tiap wilayah yang dilawati Jalan Pos Raya ini yaitu:
 Anyer-Cilegon-Banten-Serang-Tangerang-Batavia-Cornelis/Jatinegara-Depok-Bogor-Priagangan-Cianjur-Cimahi-Bandung-Sumedang-Karangsembung-Cirebon-Losari-Brebes-Tegal-Pekalongan-Batang-Welweri-Kendal-Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juwana-Rembaang-Tuban-Gresik-Surabaya-WonoKromo-Sidoarjo-Porong-Bangil-Pasuruan-Probolinggo-KRasakan-Besuki-Panarukan

Map Jalan Raya Pos



Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel Jalan Raya Pos Daendels Pramoedya Ananta Toer"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel