Resensi Novel Lingkar Tanah Lingkar Air Ahmad Tohari

Lingkar Tanah Lingkar Air
 Penulis: Ahmad Tohari
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Gramedia Pustaka
Jumlah halaman: 165
ISBN: 97866020610221


Lingkar Tanah Lingkar Air

Berlatarkan keadaan Indonesia pada tahun 1946-1965, novel ni dihadirkan benar-benar menggambarkan keadaan pergolakan politik, beserta keadaan sosial, masyarakat ketika pertepuran melawan Sekutu hingga gerakan pemberontakan terhadap reuplik sendiri. berkisah tentang Amid, Kiram, Jun dan kawan lainnya yang terpaksa bergabung dengan pasukan DI/TII dipawah pimpinan Imam Sekarmarijan Kartosuwirjo yang menentang negara Republik Indonesia dan memperjuangkan Negara Islam.

Amid, Kiram, dan Jun sebeulmya merupakan seorang santri di sebuah pondok pesantren dari Kiai Ngumar di desa kecil Jawa Barat berbatas dengan Jawa Tengah. Ketika pasukan Sekutu yagn diboncengi NICA masuk ke Indonesia, meletus banyak pertepuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dilain itu, lapisan masyarakat yang bergabung dalam mempertahankan tanah air. Tak terkcuali santri sendiri. Usai adanay fatwa Jihad yang dikeluarkan oleh Kiai Hasyim Ashyhari, berbondong-bondong para santri ikut dalam pertempuran terdekat dalam membela Indonesia dan terbentuklah Laskar Hizbullah. Berit tersebut juga tersebar hingga ditelinga Kiai Ngumar. Menggapi hal tersebut Kiai Ngumar memanggil Amid, dan Kiram, yang nantinya juga disusul oleh Jun dan Kang Suyud. Kiai Ngumar memberikan sara kepada mereka untuk ikut membela tanah air, sebab hal tersebut merupaka salah satu kewajiban bagi umat Islam, dimana mereka harus menghilangkan para pengrusak tanah air. Degnan begitu mereka bergabung dengan pasukan Republik yang hendak mencegat pasukan Sekutu yang Purwakarta. Setelah beberapa klai mengikuti pertempuran bersama pasukan republik, akhirnya pasukan kelaskaran hendak dilebur pula dalam pasukan Republik. Disitu terjadi sebuah pergolakan dimana banyak pasukan kelaskaran aynng enggan menyerahlan senjata. Begitu pula dengan Kiram yang amat mencintai senjatanya. Kiai Ngumar yang senantiasa berperan sebagi Ayah menasehati Amid, Kiram, dan Jun begitu pula Kang Suyud agar meleburkan diri kepada pasukan Republik dan menjadi tentara negara. Kang Suyud menentang hal teresbut, ia lebih memilih  ikut sebuah negara yang telah dideklarasikan oleh Kartosuwiryo, sebab berbasis Islam, sedangkan banyakd dari pasukan republik yang beraliran Komunis tidak sembahnyang. Terjadi cekcok anatar mereka. Kang Syudu memang pribadi yang keras dan mewakili seroang Muslim ayng benar-benar taat bahkan agak fanatik dimasa kini.

Pada akhirnya Amid dan kedua kawannya lebih mengikuti saran Kiai Ngumar dan hendak bergabung dalam pasukan republik. Dalam proses bergabung ketika dikumpulkan dalam sebuah stasiun bersama para Hizbullah lainnya. Saat kereta yang hendak emngangkut mereka datang-tiba-tiba saja mereka para Hizbullah dibrondong oleh serangkai peluru. Hal tersebut membuat kecewa apra Hizbullah tak terkecuali Amid, Jun, apalagi Kiram yang sebelumnya juga lebih setuju akan pikiran Kang Suyud. Pada akhirnya mereka semua bergabung dalam tentara DI/TII dan memperjuangkan negara Islam. mulai dari situ perjuagan Amid dan kawan-kawannya dimulai sebagi seorang geriliyawan atau orang ngalas yang senantiasa hidup dihutan. Pegolakan sendiri juga terjadi dalam diri Amid, dimana ia menyesela beserta bingung akan dirinya yang menjad seorang tentara Darul Islam. Ia seirng mengalami kebibunggan ektika segala macam hal nista diatas namakan Islam, mulai dari menjarah hingga membunuh para tentara Republik. pegulatan kepribadian Amid dibahas secara mendalam dimana ia seringkali menyesali kehidupannya dahulu. Hinga pada akhirnya pasukan DI/TII kalah ada sebuah kejadian yang membaut mereka “bergabung” dalam pasukan republik untuk menumpas para gembong-gembong PKI yang masih tersisa.


Seara garis besar alur cerita seperti diatas, kisah ini benar-benar menggambarkan lintas tiga zaman. Dimana Amid dan kawan-kawannya melalui tiga ffase pertempuran saaat menajdi laskar Hizbullah, pasukan DI/TII, hingga akhrinay menjadi “Pasukan Republik”. Mengapa disini pasukan republik memiliki tanda kutip?, ketia kalian membaca novel ini kalian akan tau emngapa tanda kutip ini ada. Noel ini memang secara inti fokus pada Amid, akan tetapi tokoh-tokoh lainyya juga banyak diceritakan dan saling melengkapi kisah Amid sendiri. secara kebahasaan kisah ini mudah dipahami, ejaannya sudah ejaan baru sekalipun Novel ini tergolong Novel klasik yang benar-benar epik dari Ahmad Tohari, selain karnyanya Ronggeng Dukuh Paruh.

Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel Lingkar Tanah Lingkar Air Ahmad Tohari"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel