Resensi Buku 1984 George Orwell

1984
George Orwell
Penerbit Bentang Pustaka
ISBN 9978-602-291-234-7
397 halaman




Bagaimana rasanya hidup dalam suatu negara dimana disetiap geakan, ucapan, bahkan pikiran selalu diawasi?

Semua dari kehidupan, sejarah, serta hal-hal yang baru lebih diperbarui lagi menjadi sesuatu hal yang dihendaki?

Semua digambarkan secara gamablang serta puitis dalam novel 198 oleh George Orwell ini. Novel 1984 merupakan salah satu novel terkenal George Orwell yang berisikan sebuah satire tajam yang menunjukan bagaimana kehidupan masyarakat dibawah kediktatoran seorang “Bung Besar” dan partai pendukungya. Novel yang terbit pada 1949, sempat membuat gempar zaman tersebut dan menganggap bahwa hal yang ditulis Orwell merupakan sebuah ramalan akan masa yang akan tiba.

Bercerita tentang Winston Smith seorang yang agak berumur, dengan bisul dikaki kanannya. Kesehariannya berkerja sebagai penulis dalam kementrian kebenaran. Dikisah di Inggris tepatnnya kota London, terdapat Kementrian Kebenaran yang mengurusi bberita, iburan, pendidika, dan seni. Kementrian Perdamaian yang mengatur tentng perang, Kementrian Cinta Kasih yang mengatur tentang hukum dan ketertiban, serta Kementrian Tumpah Ruah yang mengatur masalah perekonomian. Disetiap keseharian Winston dan masyarakat Inggris selalu diamati melalui Teleskrin atau Tellescreen yang mengamati setiap gerak-gerik manusia. Jika ada dari mereka yang melakukan suatu penyelewengan, penyempalan, pelanggaran terhaadap hukum khusunya partai, merek aakan ditangkap oleh polisi pikiran dan berada di Kementrian Cinta Kasih.

Winston yang seringkali memimpikan dunia sebelum partai, ia ingin dimana dunia bebas dan tidak terkekang. Ada sebuah kisah pengekangan dari kelompok yang menamai diri sebagai persaudaraan yang dipimpin oleh Emanuel Goldstein. Diceritakan bahwa ia merupakan bekas anggota Partai Inti yang menyepal dan melakukan perlawanan. Meski begitu, keberadaan Perssaudaraan dan Emanuel Goldstein sendiri diragukan, bahw oleh Winston sendiri. Kisah berputar tetnang Winston yagn saban hari melalui keseharian dengna merubah media massa sesuai pesanan Partai. Mengikuti 2menit benci, dimana sebuah acara yang mengharuskan semua masyarakat membenci Goldstein dalam tayangan di teleskrin. Alur kisah semakin kompleks ketika Winston mulai bertemu Julia dan Mr. Chariggton pemilik toko kelontong benda-benda bekas zaman dahulu. Winston selalu mengunjunginya dan menjadikannya sebuah tempat persembunyian bersama Julia.
 Julia sendiri merupakan seorang wanita muda yang elok, berpura-pura menjadi seorang anggota partai yagn taat, meski dalam hatinya ia menentang segala hal. Singkat cerita, Winston dan Julia memiliki hal sama dan mereka henda mencari kebenaran Persaudaraan yang inign diikutinya. Dalam novel ini seringkali digambarkan suatu Doublethink, pemikiran ganda yang sering dilakukan manusia. Berpura-pura menjadi baik padaha sebaliknya. Bahasa dalam novel ini jujur agak sulit diikuti, bahkan saya berulang saya baca agar mengetahui dan berimajinasi sesuai yagn ingin disampaikan Orwell. Sekalipun begitu, secara garis besar benang merah cerita dapat dipahami. Ada beberapa scene paling favorit bagi saya, sekitar 2 halaman terakhir dari buku dimana Winston mengingat memori bersama Ibu dan adiknya. Hal itu sunguh menakjubkan bagi saya.
Buku ini pernah pula direie oleh Sartono Kartodirjo. Buku ini menurut Sartono Kartodirjo merupakan gambaran Utopianisme politik dari Orwell.


Rating dari saya 7.9/10 

Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku 1984 George Orwell"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel